Halo Sobat blogger. Lama nggak ngeposting (karena
emang nggak nulis) buatku rindu. Kangen ngeblog ini saya rasa ada hubungannya
dengan mimpiku. Mimpi menjadi seorang penulis meski tak harus sejalan dengan
kaidah para penulis. Mimpi sebagai penulis lepas, penulis merdeka yang tanpa
intervensi.
Ngomongin soal mimpi, Sobat setuju dengan bahwa
(1) sebuah impian itu harus kita wujudkan dengan segenap kemampuan kita atau
(2) kita cukup menunggu saat Tuhan membuka jalan kita untuk mewujudkan impian
itu baru kita wujudkan?
Saya pribadi (saat ini) lebih memilih yang
ke dua, mewujudkan impian setelah Tuhan membukakan jalan. Dengan syarat sebelum
Tuhan membukakan jalan untuk wujudkan impian itu, kita tak pernah berfikir
untuk membatalkan dan melakukan hal yang menghalangi terwujudnya mimpi itu.
Saya tidak sedang bermaksud menolak pandangan pertama
bahwa sebuah impian harus segera diusahakan dengan segenap kemampuan, tapi
ingin mengatakan ketika mimpi gak diusahakan dari awal sekalipun, ia masih
tergolong impian yang bisa terwujud. Bahkan dengan cara yang lebih arif
(menurut kaca saya tentunya).
Dalam arti saat Sobat bermimpi untuk berhaji sedang penghasilan
pas-pasan, menurut saya, Sobat tak perlu
repot-repot menabung uang recehan. Kalau pun Sobat sisihkan juga tak harus Sobat paksa-paksain diri untuk tidak menggunakannya
untuk kebutuhan lain. Coba Sobat bayangin, ketika dalam sehari cuma bisa
menyisihkan uang Rp. 1.000,- sampai kapan uang itu akan terkumpul dan cukup
untuk pergi haji? Belum lagi menghitung inflasi yang tak bisa ditebak.
Walhasil menabung Rp. 1.000,- tiap hari untuk
mewujudkan mimpi pergi haji adalah salah satu caranya. Tapi cara lama, jurus
mabok, tanpa perhitungan yang matang. Kok bisa??? Lalu cara seperti apa yang
lebih bagus selain menabung?
Ya iyalah, sebab apapun yang kita rencanakan, terwujud
dan tidaknya itu berada di kekuasaan Tuhan. Ana turid anta turid wallahu yaf’alu
ma yurid. Kita hanya bisa berencana Tuhan jualah yang menentukannya. Oleh karenanya
tak berlebihan kiranya jika cara menabung uang Rp. 1000,- perhari itu saya
anggap sebagai jurus mabuk.
Lalu apa tak boleh menabung? Ya jelas bukan itu maksud
saya. Silahkan Sobat tabung uang itu
misalnya, namun jika ada keperluan lain yang penting jangan ragu untuk
mengeluarkannya tanpa Sobat merasa kecil
hati, tak dapat menjalankan rukun islam ke lima itu. Toh telah banyak yang
menceritakan bahwa ada seorang yang hendak berangkat berhaji di tengah
perjalanan ia batalkan namun malah hajinya di terima oleh Yang Maha Kuasa sebab
uang yang akan ia gunakan berhaji disedekahkan.
Dan siapa tahu saat Sobat bersedekah sebagai gantinya rezeki Sobat lebih lancar dan dengan ringannya Sobat kumpulkan rezeki-rezeki selanjutnya untuk
pergi berhaji. Sangat mungkin bukan? Sangat-sangat mungkin. Sebab pahala orang
yang bersedekan dilipatkan sepuluh kali lipat.
So... kembali ke soal mimpi. Yang terpenting saat Sobat
punya impian itu adalah keyakinan akan
wujudnya mimpi itu. Tak usah memaksakan kehendak dengan meng-eksploitasi diri
habis-habisan. Dan saat Tuhan telah membukakan jalannya jangan berpaling
darinya.
Di tulisan selanjutnya insya Allah pembahasan ini saya
lanjutkan. Selamat membaca Sobat. Selamat bermimpi setinggi-tingginya. Salam Belajar Urip