Senin, 04 November 2013

Mengejar Mimpi (1)

Halo Sobat blogger. Lama nggak ngeposting (karena emang nggak nulis) buatku rindu. Kangen ngeblog ini saya rasa ada hubungannya dengan mimpiku. Mimpi menjadi seorang penulis meski tak harus sejalan dengan kaidah para penulis. Mimpi sebagai penulis lepas, penulis merdeka yang tanpa intervensi.
Ngomongin soal mimpi, Sobat   setuju dengan bahwa (1) sebuah impian itu harus kita wujudkan dengan segenap kemampuan kita atau (2) kita cukup menunggu saat Tuhan membuka jalan kita untuk mewujudkan impian itu baru kita wujudkan?
Saya pribadi (saat ini) lebih memilih yang ke dua, mewujudkan impian setelah Tuhan membukakan jalan. Dengan syarat sebelum Tuhan membukakan jalan untuk wujudkan impian itu, kita tak pernah berfikir untuk membatalkan dan melakukan hal yang menghalangi terwujudnya mimpi itu.
Saya tidak sedang bermaksud menolak pandangan pertama bahwa sebuah impian harus segera diusahakan dengan segenap kemampuan, tapi ingin mengatakan ketika mimpi gak diusahakan dari awal sekalipun, ia masih tergolong impian yang bisa terwujud. Bahkan dengan cara yang lebih arif (menurut kaca saya tentunya).
Dalam arti saat Sobat  bermimpi untuk berhaji sedang penghasilan pas-pasan, menurut saya, Sobat  tak perlu repot-repot menabung uang recehan. Kalau pun Sobat  sisihkan juga tak harus Sobat  paksa-paksain diri untuk tidak menggunakannya untuk kebutuhan lain. Coba Sobat  bayangin, ketika dalam sehari cuma bisa menyisihkan uang Rp. 1.000,- sampai kapan uang itu akan terkumpul dan cukup untuk pergi haji? Belum lagi menghitung inflasi yang tak bisa ditebak.
Walhasil menabung Rp. 1.000,- tiap hari untuk mewujudkan mimpi pergi haji adalah salah satu caranya. Tapi cara lama, jurus mabok, tanpa perhitungan yang matang. Kok bisa??? Lalu cara seperti apa yang lebih bagus selain menabung?
Ya iyalah, sebab apapun yang kita rencanakan, terwujud dan tidaknya itu berada di kekuasaan Tuhan. Ana turid anta turid wallahu yaf’alu ma yurid. Kita hanya bisa berencana Tuhan jualah yang menentukannya. Oleh karenanya tak berlebihan kiranya jika cara menabung uang Rp. 1000,- perhari itu saya anggap sebagai jurus mabuk.
Lalu apa tak boleh menabung? Ya jelas bukan itu maksud saya. Silahkan Sobat  tabung uang itu misalnya, namun jika ada keperluan lain yang penting jangan ragu untuk mengeluarkannya tanpa Sobat  merasa kecil hati, tak dapat menjalankan rukun islam ke lima itu. Toh telah banyak yang menceritakan bahwa ada seorang yang hendak berangkat berhaji di tengah perjalanan ia batalkan namun malah hajinya di terima oleh Yang Maha Kuasa sebab uang yang akan ia gunakan berhaji disedekahkan.
Dan siapa tahu saat Sobat  bersedekah sebagai gantinya rezeki Sobat  lebih lancar dan dengan ringannya Sobat  kumpulkan rezeki-rezeki selanjutnya untuk pergi berhaji. Sangat mungkin bukan? Sangat-sangat mungkin. Sebab pahala orang yang bersedekan dilipatkan sepuluh kali lipat.
So... kembali ke soal mimpi. Yang terpenting saat Sobat  punya impian itu adalah keyakinan akan wujudnya mimpi itu. Tak usah memaksakan kehendak dengan meng-eksploitasi diri habis-habisan. Dan saat Tuhan telah membukakan jalannya jangan berpaling darinya.
Di tulisan selanjutnya insya Allah pembahasan ini saya lanjutkan. Selamat membaca Sobat. Selamat bermimpi setinggi-tingginya. Salam Belajar Urip


Comments
0 Comments