Rabu, 31 Oktober 2012

Menyoal Agen Perubahan



Beberapa waktu lalu M. Nuh, Mendikbud, menggulirkan wacana tentang 2045 mendatang sebagai golden year lewat pendidikan yang digagasnya saat ini. Walau realitanya pendidikan dan segala problematikannya tak kunjung usai namun tak ada salahnya kita sebagai anak bangsa ikut mengamini serta mendukung.

Esensi Nikmat Tuhan


Ternyata esensi nikmat tak hanya sekedar bentuk, tapi lebih kepada rasa.
Saat acara Harlah Al Mahrusiah yang ke sepuluh kebetulan saya ikut menghadirinya. Meskipun dalam keadaan perut yang sudah meminta jatah (lapar). Maklum sejak pagi baru sekali kemasukan Nasi dan biasanya sebelum jam segituan (9 malam) perutku sudah terisi yang kedua kalinya. Tapi ya bukan berarti seperti anak kecil yang hanya telat makan sebentar saja harus mengeluh atau meninggalkan tempat acara begitu saja. Memang sudah menjadi komitment awal kedatanganku yang sebenarnya sudah telat, “harus mendatangi acara itu meski sedang lapar.”

Belajar dari Penambal Ban


Pikiranku beberapa hari ini penuh dengan kekesalan dan entah apa saja. Kekesalan pada diri sendiri. Merasa tertegur, merasa bersalah, dan perasaan kalut semacamnya.
Penyebabnya bisa dibilang sepele. Entah apa mulanya dan apa yang sebenarnya lagi dibahas–aku lupa-. Waktu mengajar di kelas Ustadku mengatakan, “Nahwu koyok kompo, fikeh ban jero, tasawuf ban jobone. Dadi nek cekelani gur Nahwu wae, yo wes podho wae nek nyang endi-endi gowoni kompo tok. Ban-e renek.